Dalam konteks terkini, disrupsi sering diartikan sebagai transformasi mendasar dalam kehidupan manusia, terutama yang dipicu oleh kemajuan peradaban. Istilah disrupsi juga kerap dihubungkan dengan inovasi signifikan yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Disrupsi tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi informasi. Realitas memperlihatkan bahwa perkembangan teknologi informasi yang terjadi memasuki abad ke-21 secara eksplisit memberi pengaruh besar bagi terjadinya perubahan mendasar di berbagai sektor kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut, suka atau tidak suka, tentu akan berjalan secara alami dan pada akhirnya menuntut semua orang untuk menjawabnya secara tepat. Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa layanan kendaraan, baik yang konvensional maupun yang modern, dapat diakses dengan sangat mudah melalui berbagai platform seperti gojek atau grab. Demikian pula, tidak pernah terbayangkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, tidak perlu repot pergi langsung ke tempat-tempat penjualan makanan, melainkan cukup dengan duduk santai dan melakukan pemesanan melalui berbagai platform yang tersedia. Disrupsi tidak hanya terasa pada berbagai lapangan kehidupan sehari hari akan tetapi juga secara cepat terasa pengaruhnya pada berbagai bidang pengetahuan. Tidak hanya pegetahuan berbasis ilmu-ilmu eksakta akan tetapi juha pengetahuan berbasis ilmu ilmu sosial dan humaniora. Tidak terkecuali di dalamnya ilmu sejarah. Realitas perkembangan teknologi informasi yang demikian masif pengaruhnya terhadap berbagai ilmu pengetahuan, termasuk sejarah, melahirkan bebagai tantangan tentang bagaimana respon yang harus diberikan agar implikasi perkembangan teknologi informasi tidak menjadikan ilmu pengetahuan tersebut hilang dan tidak dibutuhkan akan tetapi menjadikan ilmu pengetahuan tersebut semakin kuat pengaruhnya di tengah-tengah masyarakat.