Sesar Bandung Raya dan implikasinya terhadap kebencanaan
Sesar Bandung Raya dan implikasinya terhadap kebencanaan
Awal abad ke-20, jumlah penduduk Kota Bandung terus bertambah secara signifikan. Dalam kurun 1906-1926, penduduk kaum Eropa tumbuh rata-rata 9,90 persen per tahun, sedangkan orang asli Bandung hanya 4,78 persen per tahun. Sementara itu, laju pertumbuhan kaum Timur Asing rata-rata 6,13% per tahun. Perkembangan penduduk di Kota Bandung sangat padat bahkan ke arah utara makin pada dan banyak tempat wisata yang begitu pesat, sehingga Pembukaan lahan-lahan perkebunan di pinggiran inilah yang juga menarik minat orang-orang Eropa untuk mengunjungi Bandung. Daya pikat Bandung bisa dilacak dari catatan-catatan orang-orang jauh yang pernah singgah di kota ini. Bandung pada 1850 menyebut Bandung sebagai “desa” yang memiliki iklim nyaman dengan keteraturan jalan dan rumah-rumah penduduk yang rapi. Daerah Bandung bagian utara merupakan daerah yang di lewati oleh sesar yang begitu panjang dari bagian barat ke timur, sehingga kota bandung sangat rawan terhadap bencana. Hasil interpretasi kelurusan dari citra Lidar dan SRTM dengan sangat jelas memperlihatkan adanya kelurusan sesar lembang yang berarah barat-timur. Secara morfologi Sesar Lembang ini terekspresikan sebagai gawir sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Bagian Sesar Lembang yang dapat dilihat, baik dari peta topografi terutama dari foto udara ataupun citra satelit, mempunyai panjang 20 km. Dari arah timur ke barat, beda elevasi yang merupakan gawir sesar mencerminkan besarnya pergeseran sesar (loncatan vertikal/throw) adalah sekitar 500 meter di daerah Gunung Pulusari. Ketinggian ini semakin tinggi akibat adanya penyayatan vertical (incise) endapanendapan gunungapi pada kakinya.
- ISBN
- Tahun
- Penerbit
- Bahasa