Perakitan jagung hibrida melalui program pemuliaan tanaman merupakan teknik paling efektif dalam memperoleh varietas hibrida yang unggul. Langkah awal dalam hibridisasi ialah pemilihan galur tetua. Penilaian terhadap galur tetua dapat dipertimbangkan atas dasar sifat khusus yang dimiliki galur tetua yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat gabungan yang diharapkan. Salah satu metode yang efektif untuk menyeleksi galur tetua berdasarkan kemampuan kombinasi persilangan adalah analisis dialel. Metode dialel memungkinkan pemulia untuk mengevaluasi daya gabung. Analisis persilangan dialel selain dapat menunjukan kemampuan daya gabung, juga dapat memberikan informasi mengenai pengaruh genetik terhadap karakter yang dievaluasi. Keragaman genetik yang luas diperlukan untuk menunjang keberhasilan seleksi. Adanya keragaman yang tinggi memungkinkan diperoleh heterosis yang tinggi pada keturunannya. Pada pembahasan ini menggunakan galur-galur jagung hasil persilangan QPM dan DMR sebagai sumber materi genetik dalam persilangan. Hibrida-hibrida hasil persilangan dialel diuji penampilannya pada sistem pertanaman agroforestry yaitu dibawah naungan Albizia dan Eukaliptus. Sistem pertanaman dengan naungan merupakan sistem pertanaman yang memiliki kondisi iklim mikro yang berbeda dengan sistem pertanaman tanpa naungan. Kondisi sistem pertanaman dibawah naungan memungkinkan adanya penurunan hasil akibat berkurangnya intensitas cahaya dibandingkan dengan pertanaman tanpa naungan. Metode GGE biplot dapat digunakan dalam analisis dialel selain metode Griffing yang sudah umum digunakan. Metode GGE biplot dapat meningkatkan kemampuan dalam menginterpretasi variasi fenotipik kedalam suatu analisis daya gabung dan keterkaitan antar tetua persilangan berdasarkan tampilan grafis dua dimensi. Selain itu, GGE biplot pada dasarnya merupakan percobaan untuk analisis multi lingkungan yang digunakan untuk analisis efek genotip dengan interaksi genotip dan ingkungan, sehingga penggunaannya untuk dialel, data genotip digunakan sebagai data entri dan data tester digunakan sebagai data lingkungan.Berdasarkan hasil seleksi jagung UNPAD terdapat beberapa galur yang terseleksi berdasarkan nilai daya gabung antara lain : Galur MBR 153.10.2 memiliki nilai daya gabung terbaik berdasarkan karakter Indeks luas Daun dan Diameter Batang. Galur MDR 16.6.14 memiliki nilai daya gabung terbaik berdasarkan karater diameter tongkol, galur MBR 153.10.2 pun memiliki nilai daya gabung cukup baik untuk karakter diameter batang ini, dan galur MDR 8.5.3 memiliki nilai daya gabung terbaik berdasarkan karakter bobot seribu biji. Merujuk hasil juga terdapat beberapa pasangan galur yang memiliki nilai daya gabung khusus terbaik pada beberapa karakter antara lain : DR 4 x BR 154 mempunyai nilai DGK yang baik untuk beberapa karakter yaitu indeks luas daun, diameter batang, dan diameter tongkol. MBR 153.14.1 x MDR 7.2.3 mempunyai nilai DGK yang baik untuk karakter hasil yaitu diameter tongkol dan bobot seribu biji dan hibrida DR 4 x MDR 3.1.2 merupakan galur terbaik untuk karakter indeks luas daun dan diameter batang. Berdasarkan hasil perhitungan STI, ada lima hibrida terpilih yang merupakan hibrida yang sesuai pada lingkungan cekaman naungan di bawah Albizia dan Eukaliptus. Kelima genotype yang termasuk pada kategori toleran cekaman naungan adalah genotype DR 4 x MDR 8.5.3, MBR 153.15.1 x MDR 7.2.3, MDR 7.2.3 x MDR 8.5.3, DR 5 x MDR 14.2.1, dan DR 8 x MDR 7.2.3. Kedepannya terkait seleksi jagung, perlu dilakukan analisis heterosis untuk mengetahui hibrida terbaik karena hibrida yang baik umumnya diperoleh dari hasil persilangan tetua-tetua yang memiliki DGU, DGK, serta nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi. Selain itu, perlu dilakukan analisis heritabilitas dan varians genetik untuk mengetahui parameter seleksi dan untuk menentukan jenis varietas yang akan dikembangkan yang toleran naungan.